Nutrisains.com – Asma merupakan salah satu penyakit yang umum dijumpai di kalangan anak-anak. Penyakit pada saluran pernapasan ini merupakan akibat dari peradangan pada saluran napas di paru-paru sehingga membuat saluran napas lebih sempit yang pada akhirnya menyebabkan sesak napas. Asma dapat membuat anak terhambat melakukan aktivitas sehari-hari. Bahkan pada beberapa anak, asma yang tidak dikendalikan dengan baik dapat memicu serangan asma serius yang memerlukan penanganan medis darurat.
Asma pada anak sangat sulit diobati, dan gejalanya bisa berlanjut hingga dewasa. Tapi dengan perawatan yang tepat, asma dapat dikendalikan. Penting bagi orangtua untuk mengetahui berbagai penyebab potensial asma pada anak guna mencegah kerusakan pada paru-paru anak akibat frekuensi asma yang sering.
Asma pada anak dikaitkan dengan faktor genetik. Ini berarti jika seorang anak menderita asma, ia mungkin memiliki orangtua, saudara kandung, atau kerabat lain yang memiliki riwayat asma. Namun, genetik bukan satu-satunya faktor risiko asma. Seorang anak mungkin mengembangkan asma akibat ia terkena infeksi saluran pernapasan di usianya yang masih sangat muda. Selain itu, anak berisiko mengembangkan asma pada tahun-tahun pertama kehidupan jika ia lahir prematur atau jika ibunya merokok selama kehamilan. Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan anak memiliki sistem kekebalan tubuh yang terlalu sensitif.
Peningkatan sensitivitas sistem kekebalan tubuh dapat menyebabkan paru-paru dan saluran napas membengkak dan menghasilkan lendir yang menyumbat jalan napas ketika terkena pemicu tertentu. Beberapa pemicu tersebut meliputi:
- Infeksi virus, seperti common cold
- Polusi udara, seperti asap rokok dan asap kendaran
- Allergen (pemicu alergi), seperti bulu hewan peliharaan, tungau debu, dan serbuk sari
- Perubahan cuaca
- Aktivitas fisik berlebihan atau kelelahan
Asma pada anak juga dapat dipicu oleh faktor emosional. Anak-anak umumnya bereaksi cepat terhadap hal-hal yang terjadi di sekitarnya, dan mereka cenderung menangis atau tertawa pada hari yang sama. Seorang anak bisa gembira satu menit lalu tantrum setelahnya. Reaksi emosional yang kuat semacam ini dapat memicu datangnya serangan asma.
Para orangtua dapat membantu meminimalkan gejala asma pada anak dengan mengikuti rencana perawatan yang disarankan oleh dokter anak agar kondisi anak dapat terpantau dengan baik. Sebisa mungkin, hindarkan anak dari paparan pemicu asma. Jika kondisi asma anak sudah terkontrol dengan baik, orangtua dapat mendorong anak untuk melakukan aktivitas fisik secara teratur untuk melatih paru-parunya agar dapat bekerja lebih efisien.
There are no comments yet