Nutrisains.com – Dunia kedokteran masih terus berupaya menemukan cara untuk mengobati HIV/AIDS. Masalah bisa bertambah ruyam bila menyangkut ibu hamil dan calon bayi yang dikandungnya. Meski demikian, bayi yang lahir dari ayah dan ibu yang positif HIV belum tentu mewarisi penyakit tersebut dari orang tuanya.
Namun, langkah antisipasi untuk mencegahnya adalah langkah bijak. Salah satunya dengan mengonsumsi obat antiretroviral (ARH) pada ibu yang positif terkena HIV. Obat tersebut bisa mencegah penularan virus ini ke janin. Obat antiretroviral dapat menekan jumlah virus dalam darah sehingga tidak tertular pada bayi.
Di samping itu, penting sekali untuk melakukan tes HIV pada pemeriksaan pertama kehamilan. Hal ini penting mengingat risiko penularan HIV pada saat kehamilan sekitar 2%-10%.
Jika awal pemeriksaan sudah diketahui, lalu diikuti konsumsi obat antiretroviral selama enam bulan ke depan tanpa henti bisa meminimalkan jumlah virus dalam darah.
Penularan HIV diketahui bisa melalui darah. Pada kasus ibu hamil, janin makan lewat tali plasenta. Tali plasenta itu identik dengan darah. Tapi jika sudah minum ARV bisa menekan virus dalam jumlah minimum sehingga tidak terjadi perpindahan virus dalam darah.
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah tidak hanya ibunya, suami juga harus minum obat ARV secara teratur. Pasangan penderita HIV/AIDS (ODHA) dapat merencanakan hamil dengan cara tidak menggunakan kondom saat tiga hari masa subur. Setelah itu tetap menggunakan kondom saat berhubungan seksual. Selama masa hamil ibu tetap mengkonsumsi obat ARV.
Sementara itu, bayi yang dilahirkan setelah 12 jam diberikan obat provilaksis, yang merupakan obat ARV, disesuaikan dengan berat badan bayi selama satu setengah bulan. Setelah itu, dilakukan cek VCR untuk melihat reaktif atau tidaknya obat, jika reaktif harus dicek lagi setelah 18 bulan saat anak mulai punya kekebalan tubuh sendiri.
Memang, saat ini belum ada obat atau vaksin yang betul-betul menyembuhkan orang dengan HIV/AIDS. Namun, terapi antiretroviral dapat memperlambat pertumbuhan virus sehingga harapan hidup ODHA lebih tinggi.
Setelah hamil, disarankan untuk tidak melakukan proses persalinan secara normal. Penularan virus HIV dapat terjadi melalui darah atau cairan kelamin.
ASI juga menjadi salah satu medium penularan HIV dari ibu ke anak (transmisi vertikal). Maka, ibu dengan HIV/AIDS tidak boleh menyusui bayinya karena menyusui bisa meningkatkan risiko penularan hingga tiga kali lipat.
Jika seorang wanita yang positif HIV/AIDS memilih tidak memiliki anak atau membatasi jumlah anak, ia bisa memilih metode kontrasepsi IUD untuk jangka panjang. Syaratnya, wanita pengidap AIDS tersebut sedang dalam terapi ARV dan sehat secara klinis.
Untuk mencegah penularan HIV sekaligus mencegah kehamilan secara efektif, Moms bisa meminta pasangan tetap memakai kondom meski Moms sudah memakai IUD.
There are no comments yet