Nutrisains.com – Ada banyak jenis penyakit rematik. Salah satu yang populer di Indonesia adalah rematik gout alias asam urat. Sementara itu, salah satu jenis rematik yang tergolong kronis yaitu artritis rematoid (AR) atau dalam bahasa ilmiah disebut rheumatoid arthritis masih kurang dikenal.
Meski tidak berdampak pada kematian, namun AR merupakan peradangan kronik yang paling destruktif sehingga menyebabkan peradangan sendi dan kecacatan. Menariknya, penyakit AR lebih rentan menyerang wanita dibandingkan dengan laki-laki. Perbedaannya mencapai tiga banding satu antara pria dan wanita. Sayangnya, para ahli reumatologi belum mengetahui penyebab wanita lebih rentan terkena AR.
AR menjangkiti sebanyak 0,3-1 persen penduduk dunia terutama di negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia, dari 198 studi pada 2014 ditemukan rata-rata prevalensi AR adalah 0,24 persen dari total penduduk.
Berbeda dengan asam urat, ternyata penyakit rematik memang lebih banyak diderita oleh perempuan. Bahkan wanita yang sedang mengandung pun dapat terkena penyakit AR. Perbandingan laki-laki dan perempuan adalah 1:3. Jadi memang lebih banyak menyerang perempuan pada umur 20-45 tahun.
Penyakit rematik mengakibatkan peradangan dalam waktu yang lama pada sendi. Penyakit ini menyerang persendian dan anggota gerak, menimbulkan rasa nyeri dan kaku pada sistem muskuloskeletal yang terdiri dari sendi, tulang, otot, dan jaringan ikat lainnya.
Peradangan dari sendi yang terkena AR akan terasa nyeri. Sendi yang biasanya terserang AR yaitu pada pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut, dan pergelangan kaki. Dapat juga menyerang sendi-sendi lain, seperti punggung, leher, pundak, siku, pinggul, tumit dan jari kaki.
Selain itu, AR merupakan penyakit kronis yang artinya menahun dan sistemis, artinya menyerang seluruh tubuh. Walaupun hanya sendi yang sakit, dia bisa menyerang organ lain misalnya darah, pada kasus yang berat dia bisa menyerang pembuluh darah dan jantung.
Meski belum ada studi yang menemukan secara pasti penyebab AR, penderita penyakit ini dapat didiagnosis melalui beberapa gejala atau keluhan. Sejumlah gejala itu adalah kaku pada pagi hari lebih dari satu jam dan menetap selama enam minggu, terdapat minimal tiga sendi yang mengalami peradangan, kelelahan dan kesulitan beraktivitas, dan gejala yang dialami biasanya bersifat simetris atau dirasakan pada kedua sisi tubuh.
There are no comments yet