Nutrisains.com – Setiap orangtua tentu menginginkan anaknya selalu sehat. Imunisasi adalah salah satu hal penting untuk mewujudkan hal itu. Namun, ada banyak informasi membingungkan dan bertentangan mengenai imunisasi. Prinsipnya, imunisasi atau vaksinasi merupakan bentuk pencegahan berbagai penyakit yang dapat diantisipasi sejak dini. Bagaimana pun, mencegah lebih baik daripada mengobati. Sayangnya, kesadaran imunisasi di Indonesia dinilai masih rendah. Hal ini dikarenakan pengetahuan mengenai pentingnya imunisasi yang kurang terutama di daerah terpencil, ditambah lagi adanya pemahaman anti-imunisasi yang berkembang di masyarakat.
Meskipun cakupan imunisasi di Indonesia sudah luas, masih ada saja orangtua yang tidak ingin anaknya menerima imunisasi karena dikhawatirkan anak akan mengalami demam. Setelah imunisasi, terkadang memang timbul demam, kemerahan dan bengkak sedikit di sekitar tempat suntikan vaksin. Ini merupakan reaksi yang wajar dan tidak berbahaya karena akan hilang dengan sendirinya dalam beberapa hari.. Efek samping yang serius setelah imunisasi, seperti reaksi alergi yang parah, sangat jarang terjadi. Secara keseluruhan, manfaat pencegahan penyakit dari imunisasi jauh lebih besar daripada efek samping yang muncul setelah imunisasi.
Imunisasi menyelamatkan masa depan anak
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mewajibkan lima imunisasi dasar, yaitu hepatitis B, polio, BCG, DTP, dan campak. Melalui imunisasi, tubuh diperkenalkan dengan bakteri atau virus tertentu yang sudah dilemahkan atau dimatikan dengan tujuan untuk merangsang sistem imun agar membentuk antibodi. Antibodi yang terbentuk setelah imunisasi dapat melindungi tubuh dari serangan bibit penyakit terkait di kemudian hari. Para orangtua juga tidak perlu khawatir mengenai keamanan vaksin yang digunakan. Suatu vaksin digunakan setelah melalui proses uji coba yang panjang oleh para ilmuwan, dokter, dan profesional kesehatan lainnya. Oleh karenanya, negara-negara dengan sosial ekonomi tinggi maupun rendah, tetap gencar melakukan imunisasi rutin agar bayi dan balita terlindung dari penyakit yang mengancam masa depannya.
Kini, beberapa penyakit yang sebelumnya menyebabkan kecacatan dan kematian pada anak-anak telah hampir tiada (close-to-extinction) atau bahkan hilang berkat imunisasi. Salah satu contohnya adalah penyakit polio. Polio adalah penyakit virus yang dapat menyebabkan kelumpuhan dan bahkan kematian. Berkat imunisasi berkelanjutan, sejumlah negara, termasuk Indonesia, sudah dinyatakan terbebas dari polio oleh World Health Organization (WHO). Namun, program imunisasi tetap berjalan guna mencegah penularan virus dari orang yang bepergian ke luar negeri.
Imunisasi mencegah penularan penyakit
Imunisasi anak secara individual juga membantu melindungi kesehatan masyarakat di lingkungan sekitar, terutama orang-orang yang tidak bisa menerima imunisasi. Orang yang tidak diimunisasi termasuk mereka yang terlalu muda untuk imunisasi (misalnya, anak-anak berusia kurang dari satu tahun tidak dapat menerima vaksin campak tetapi dapat terinfeksi oleh virus campak), mereka yang tidak dapat diimunisasi karena alasan medis (misalnya, anak-anak yang menderita leukemia), dan mereka yang tidak dapat merespon imunisasi sehingga belum mengembangkan kekebalan aktif. Selain itu, orang yang sedang sakit juga sangat rentan terkena kuman penyakit yang dapat diedarkan oleh anak-anak yang tidak menerima imunisasi. Dalam hal ini, imunisasi berperan dalam memperlambat atau bahkan menghentikan wabah penyakit.
Imunisasi menyelamatkan Anda secara finansial
Telah banyak kasus kematian akibat anak tidak menerima imunisasi yang lengkap. Beberapa penyakit yang sebetulnya dapat dicegah dengan imunisasi dapat menyebabkan cacat berkepanjangan dan membutuhkan biaya pengobatan yang tidak sedikit. Dilihat dari sisi manfaat ekonomis, imunisasi dapat mengurangi biaya pengobatan, perawatan rumah sakit, dan kunjungan ke dokter. Dengan demikian, imunisasi adalah investasi penting untuk kesehatan dan masa depan anak.
There are no comments yet