Nutrisains.com – Mainan merupakan sarana untuk belajar dan bereksplorasi untuk anak. Saat ini, mainan anak semakin beragam jenisnya. Namun, orangtua sebaiknya tidak memberikan sembarang mainan. Mainan anak sebaiknya bersifat edukatif sehingga dapat memberikan dampak yang baik bagi tumbuh kembangnya. Dalam hal ini, orangtua harus selektif dalam memilih mainan dan pemberian mainan disesuaikan dengan usia anak.
- Usia 0-1 tahun, anak hanya bisa tersenyum, menangis, tertawa serta meraih benda-benda yang berada di dekatnya. Di usia ini, mainan dapat dimanfaatkan sebagai sarana eksplorasi untuk merangsang panca indera. Contohnya, mainan yang mengeluarkan bunyi. Mainan seperti ini melatih indera penglihatan dan pendengaran anak.
- Usia 1-3 tahun, anak sudah mulai belajar mengenali lingkungan, terlebih lagi anak umumnya sudah dapat berjalan. Orangtua dapat memberikan mainan seperti balok yang dapat di susun, krayon dan kertas untuk corat-coret, ataupun mainan yang dapat ditendang atau dilempar seperti bola.
- Usia 3-5 tahun, koordinasi gerak tubuh, tangan, mata, dan kemampuan bersosialisasi anak bisa dikatakan sudah baik. Anak sudah dapat mengendarai sepeda roda tiga, mobil-mobilan dan juga menyukai permainan memanjat. Bahkan, daya imajinasi anak yang sudah berkembang membuatnya senang berkhayal dan anak juga mulai menyukai permainan peran.
- Usia 5 tahun ke atas, anak umumnya sudah mulai beraktivitas di sekolah. Dengan demikian, pemahaman terhadap lingkungan sekitar tentunya jauh lebih baik. Anak juga berada dalam tahap menguasai keterampilan baru. Orangtua bisa turut bermain sehingga anak tertantang untuk aktif bergerak, seperti bersepeda atau main bola di lapangan yang luas. Bermain kartu, ular tangga, atau monopoli juga sangat baik untuk anak karena membantunya belajar aturan, strategi, menunggu giliran, dan bersikap sportif.
Selain sesuai usia, pemilihan mainan juga harus memerhatikan aspek keamanan. Berikut adalah beberapa tipsnya:
- Baca dan teliti label produksi. Perhatikan label yang tertera pada mainan atau kotak mainan. Label umumnya berisi nama mainan, nama dan alamat produsen untuk mainan lokal, nama dan alamat importir untuk mainan impor, spesifikasi mainan, simbol bahaya atau tanda peringatan, negara pembuat mainan, informasi kesesuaian umur pengguna mainan serta keterangan penggunaan mainan.
- Pilih mainan yang berukuran cukup besar. Anak-anak memiliki kebiasaan memasukkan benda apa pun ke dalam mulutnya. Untuk itu, orangtua sebaiknya memberikan mainan dengan ukuran cukup besar untuk menghindari risiko tertelan. Namun, bobot mainan juga jangan sampai terlalu berat.
- Pilih mainan berwarna cerah. Mainan berwarna cerah cenderung menarik perhatian anak, sehingga turut berkontribusi dalam melatih indera pengllihatan anak.
- Hindari memberikan mainan dengan tepian tajam. Pastikan mainan anak tidak memiliki tepian yang tajam. Hal ini tentunya untuk menghindarkan anak dari risiko terluka.
- Hindari mainan bertali panjang. Hindari memberikan mainan yang bertali panjang (lebih dari 30 cm). Tali yang terlalu panjang dapat meningkatkan risiko jatuh akibat terlilit.
- Hindari mainan proyektil. Apabila hendak membelikan mainan anak model senjata, pilihlah yang tidak memiliki peluru apalagi yang memiliki fitur tembak otomatis. Mainan senjata dengan peluru dapat membahayakan anak ataupun teman bermainnya.
- Pilih mainan yang mudah dibersihkan. Banyak kuman yang bersarang di mainan. Untuk itu, sebaiknya pilih mainan yang bisa dicuci guna meminimalisir paparan kuman yang memicu penyakit.
There are no comments yet